Lebaran dalam Ke-PANDEMI-an

May 24, 2020


Ngga pernah kepikir sebelumnya kalau bakal mengalami gagal mudik lebaran, jauh jauhan sama keluarga tanpa bisa saling sapa tatap muka ataupun sungkeman. Surabaya dan Jakarta masih masa PSBB. Kami, saya dan suami, dipaksa berdiam diri di Jakarta, keluarga kami yang kesemuanya di Surabaya dan Sidoarjo, eh Waru, pun tak bisa memaksa berkunjung kemari.

Gimana rasanya berlebaran tapi berjauhan ?

Sedih, asli. Dengar takbiran H-1 setelah adzan isya langsung mbrebes mili. Apalagi ketika ingat mbah bapak, yangti, yangkung yang tak bisa lagi ditemui, raganya. Ngga bisa ikutan nyekar sambil bawa kembang segar. 

Lebaran kali ini hanya kami nikmati dengan sholat ied sendiri sendiri. Maklum, kami masih berdua saja, tak cukup syarat makmuman dan tak ada masjid yang menyelenggarakan jamaah.
Lebaran kali ini hanya kami awali dengan semangkuk indomi. Soto daging baru matang saat siang, yang sepertinya akan bertahan hingga esok sarapan.
Lebaran kali ini hanya kami lakoni dengan videocall sana sini. Mama rewwin, mama papa iyong intan brina beserta pasukan manyar dan mbah ibu, serta geng Bojonggede.

Namun lebaran kali ini tetap bisa kami syukuri. 
Keluarga besar alhamdulillah dalam kondisi sehat dan tercukupi di tengah pandemi.
Semoga pandemi ini segera terhenti, agar lebaran kurban esok tak lagi sepi. 
Kami ingin kembali, pulang ke sanak saudari.

Salam lebaran dari kami,
Iman dan Sovi yang terdampar di Green Pramuka City.

You Might Also Like

0 commments


Popular Posts