Yang Ditinggalkan
December 15, 2019
as i mentioned before, i'm married to my lovely man, that's really great.
but things that i want to share is about losing my granparents, my 3 of 4 at the same year.
24 Januari 2019
Yangti meninggal. Ngga ada yang nemenin pas meninggalnya karena kebetulan lagi berdua aja sama Yangkung di rumah. Yangkung pas sakit, anak-anaknya pas lagi belum pada ke Wonosalam karena hari kerja. Alhamdulillah tetangga disana peka. Pas rumah dilihat sepi banget mau mampir lah mereka, biasanya kalau dipanggil langsung dibukain pintu, tapi pas itu dipanggil beberapa kali pun ngga ada tanda-tanda bakal dibukain. Langsung mereka menghubungi Om Diyud, yang kebetulan memang lagi di jalan menuju rumah Wonosalam. Akhirnya ketemu Yangti yang sudah dalam kondisi meninggal dan Yangkung yang lagi tidur siang, setelah berhasil ngedobrak pintu belakang. Sedihnya, aku ngga bisa nyusulin pulang buat ikut pemakaman. Yangti segera dikebumikan saat itu juga, bahkan papa yang langsung berangkat dari Surabaya pun ngga sempat.
13 September 2019
Yangkung nyusulin Yangti, meninggal dengan ditemani anak-anaknya di sisinya. Yangkung sempat dirawat di rumah sakit sekitar seminggu sebelumnya karena demam dan selalu mual kalau dikasih makan. Setelah pulang dari rumah sakit sudah enakan. Tiga hari setelahnya tiba-tiba nafasnya lemah, sekitar 2 jam selanjutnya Yangkung sudah 'ngga ada'.
5 Desember 2019
Mbah Bapak meninggal dengan momen-momen terakhir hampir seperti Yangkung. Sejak akhir tahun 2018 sudah beberapa kali menjalani operasi (prostat dan katarak). Awal November kemarin Mbah Bapak mulai mual setiap kali makan yang menyebabkan beliau dirawat di rumah sakit lagi karena badannya jadi terlalu lemas. Diagnosa dokter pun mulai bermacam-macam. Sempat dibilang kena Hepatitis B, terus berganti jadi penyempitan empedu sehingga dirujuk untuk menjalani operasi. Rujukan operasinya ditolak Mbah Bapak dan saudara-saudara lain dengan berbagai pertimbangan.
Awal Desember Mbah Bapak masuk rumah sakit lagi karena tetap susah makannya. Cuma 3 hari dirawat terus pulang, yah karena dokternya kan sudah memberi rujukan sebelumnya. Setelah itu selang 4 hari keluar dari rumah sakit, tepatnya hari Kamis setelah waktu Isya', Mbah Bapak menghembuskan nafas terakhirnya. Alhamdulillah kali ini aku bisa ikut menyolatkan dan ikut hadir pemakaman. Jumat pagi aku nyusul datang, sekalian masih nungguin keluarga dari Banyuwangi dan Malang.
Sepuluh hari setelah ditinggal Mbah Bapak 'pergi' masih merasa ngga adil. Bertanya-tanya kenapa aku ngga ditemuin dulu padahal kan kusudah bilang mau balik Surabaya akhir tahun ini. Kenapa kok langsung pergi gitu aja ngga kabar-kabar dulu padahal dua atau tiga menit sebelumnya kan kusudah videocall.
Aku sangat menyesal kemarin pas Mbah Bapak dirawat di rumah sakit kok ya ngga pulang sebentar.
Kok ngga ada firasat apapun gitu.
Kok ya hidup merantau begini banget sedihnya.
Kalo ada apa-apa ngga bisa yang langsung datang, langsung jenguk.
Yangti Sukustinah,
Yangkung Ibnu Maolan,
Mbah Bapak Ridwan Azhari,
Yangkung Ibnu Maolan,
Mbah Bapak Ridwan Azhari,
Innalillahi wa inna ilaihi raji'un,
Semoga kalian sudah bahagia disana.
Salam dari cucumu yang belum sempat bikin bahagia, yang ditinggalkan.
0 commments