Let Go

December 20, 2012




To Caraka
Ketika kamu membaca surat ini, bisa dipastikan saat itu aku sudah nggak ada lagi di dunia ini. Kamu pasti heran kenapa aku menulis surat untukmu-kenyataannya, aku sendiri juga nggak tahu. Mengingat betapa bodohnya dirimu, kayaknya sejelas apapun aku memberi tahu, kamu pasti nggak akan mengerti.
Aku ingin memberi tahu betapa aku sangat berterima kasih. Selama ini, aku selalu mencari-cari keajaiban yang bisa memberiku alasan untuk hidup. Ketika bertemu denganmu, Nadya, Sarah, dan yang lain, aku disadarkan kalau sebenarnya aku nggak perlu mencarinya. Ternyata, keajaiban itu justru sedang kualami, kurasakan, dan kujalani. Ternyata, hidup adalah keajaiban itu sendiri.
Aku sangat berterima kasih karena itu.
p.s. Jangan membenciku. Waktu terus berjalan, aku sudah mati, tapi kamu masih hidup. Tak perlu terikat masa lalu. Sungguh, nggak apa-apa bagiku kalau kelak kamu melupakanku. Biar aku saja yang mengingatmu, itu sudah lebih dari cukup bagiku


Let Go, Setiap cerita punya ruang sendiri di dalam hati. Sebuah novel bertema remaja khas anak SMA dari Windhy Puspitadewi. Sepertinya ini novel kedua dengan tema persahabatan yang jadi favoritku, setelah 5cm tentunya. Aku suka gimana Raka dengan sifat suka ikut campurnya membantu menyelesaikan masalah pribadi teman-temannya. Aku suka gimana sosok Nadya yang ingin terlihat hebat dan hampir lupa caranya meminta tolong, mengingatkanku pada seorang senior yang aku kagumi dulu. Aku suka Sarah yang cukup mirip sama aku yang dulu, susah banget berkata “nggak” dan sok menemukan kebahagiaan ketika orang-orang berterima kasih karena sikapnya yang ngga pernah nolak, padahal nyatanya nggak. Nggak ada kebahagiaan sama sekali ketika kamu berusaha berpura-pura, nggak menampakkan isi hati yang sebenarnya. Dan AKU SUKA NATHAN.
Nathaniel Irawan, salah satu tokoh utama di novel ini yang tampan, pintar, dan angkuh. Nathan hampir nggak pernah punya teman dekat sebelumnya, karena dia emang selalu jaga jarak. Aku juga begitu. Aku dan Nathan sama. Walopun Nathan ini tokoh buatan, aku toh punya pemikiran yang sama dengan dia. Aku nggak ingin terlalu terlibat dalam kehidupan orang lain. Biar kelak, ketika aku hilang, nggak perlu ada orang yang merasa kehilangan. Aku tau rasanya kehilangan. Sakit. Dan aku nggamau ada orang yang ngerasain sakit yang sama karna kehilangan. Itu aja. Dangkal banget emang. Dan bertolak belakang dengan peribahasa gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama … *ini kok malah curhat ya? oke lanjut balik ke novel.
Jadi keempat orang dengan empat kepribadian yang sangat beda-beda itu dipertemukan dalam satu project, yaitu mengurus mading sekolah. Awalnya pasti ada ketidak-nyamanan. Tapi perlahan semuanya membaik dan menjadikan mereka sangat mengenal satu sama lain tanpa mereka sadari. Dengan konflik yang bermacam-macam, dari romance, friendship, penyakit, bahkan kematian, Windhy berhasil membawakannya apik. Menggunakan bahasa keseharian yang nggak berlebihan, semua bisa tersampaikan secara ringan dan menyentuh kalbu, membawa kita kembali pada kenangan masa lalu *ini kok jadi akunya yang lebay -,-
Yauda deh segini aja share nya. Kalo mau tau lebih silakan baca. Lumayan pake banget buat ngisi waktu luang, serius. Novelnya mbak Windhy emang sering bertema persahabatan sih ya. Jadi kalo kehabisan Let Go bisa coba Morning Light. Tapi aku belum baca Morning Light sih, jadi nggak bisa kasi gambaran. Oke, cao !

You Might Also Like

0 commments


Popular Posts