[FANFICTION] EXO Showtime Series: SEHUN’S NAMSAN TOWER MYSTERY
January 26, 2014
Main cast: Sehun, Luhan
Genre: Brothership, Friendship, Gajelas (as
usual)
Based on EXO Showtime ep7. Fiction for sure
^^
“Ige mwoya ? 300th day Sehun-Dahye
?”
“Oh ? Sehun .. ?”
“Sehun sudah kesini ! Dan hey, siapa
Dahye ?”
“Molla. Yeojachingu ?”
“M-mwo ?!”
“’Let’s get married’.. ? ”, Tao membaca
tulisan yang terdapat pada gembok tersebut.
“Woaaa jinjja Sehunnie”
“Sehun-Hyejin .. ?”
“Sering banget dia kesini !”
“Dan selalu sama orang yang berbeda
? Woaaa”
China line dan guide palsu BaekSoo
spontan menghebohkan toko gembok Namsan Tower. Ya gimana ngga heboh, mereka
berhasil menemukan gembok cinta dengan
nama salah satu member. Yap, Sehun. Ngga hanya sebuah gembok, nama Sehun muncul
juga di salah satu dinding toko tersebut. Dan pada masing-masing kemunculan
nama Sehun, partner yang tertulis selalu berbeda. Sehun – Dahye. Sehun –
Hyejin. Wow. Dahye nugu ? Hyejin nugu ? Mungkinkah … Sehunnie yeoja chingu?
***
Berminggu yang lalu …
Dorm
EXO terlihat sunyi siang itu. Para member pergi sejak pagi dengan tujuan masing-masing,
mumpung jadwal kosong. Namun tertinggal satu orang yang nyanyiannya terdengar
di seluruh penjuru ruangan saat ini.
“Ceng jing te wo da~i kuo ci~ shi ci~
chao ku wo ce ci~ yeah”, suara Luhan terhenti seketika. Headset yang sedari
tadi tersumpal tiba-tiba dilepasnya kasar. Begitu juga dengan ipodnya,
terbanting lemah di sebelah tubuh Luhan. Untung saja dia sedang berada di atas
kasur empuk. Ia merebahkan diri dengan tangan terlentang dan mata terpejam. Ada
apa dengan Luhan ? “Mama .. wo xiangnian ni”
Luhan
masih tetap pada posisinya, ketiduran, ketika salah satu member tiba dan masuk
ke kamarnya. “Mwo ? Ngapain dia tidur macam begini ?”, tanyanya heran. Luhan
tidak dikenal dengan kerapiannya memang, tidak serapi Eunhyuk. Tapi tidur
dengan kaki menyentuh lantai dan terlentang seperti itu, ditambah dengan ipod
dan headset yang berserakan, juga bukan tipe Luhan.
“Hyung”, dia menggoyang tubuh Luhan
tapi yang bersangkutan tetap saja tak bergerak.
“Hyung”, tidak berubah.
“Hyung !”, kali ini dia berusaha
membangunkan Luhan dengan mengangkat dan menarik kakinya. Dan, grusak, jatuhlah
Luhan ke lantai. Luhan pun spontan membuka paksa matanya, “Ya ! Apa yang kau
lakukan hah ?”. Yang diajak bicara hanya diam dengan wajah
hah-orang-ini-susah-banget-bangunnya-harus-dijatuhin-dulu-ya-baru-bangun. Luhan
terduduk di lantai dengan bersandar pada tepi kasurnya. Tangannya meraba meja
di sebelahnya, mengambil sebotol air minum, dan menghabiskan isinya seketika.
Luhan kembali terpejam.
“Sehunnie”, dia mulai bersuara
dengan mata tetap menutup.
“Hm”, jawab Sehun yang sedang
memainkan ponselnya sambil berbaring di atas kasur.
“Kemana member yang lain ?”
“Entahlah. Mungkin masih jalan-jalan”
“Kenapa kau sudah kembali?”
“Aku bosan”
Luhan membalikkan tubuhnya ke arah
Sehun,“Kenapa kau tidak menemui keluargamu ?”
“ … Ah benar juga ! Kenapa ngga
kepikiran ya ? Aigoo”, Sehun langsung terduduk dan bengong atas kesalahan
berpikirnya.
“Ya ! Harusnya itu yang terpikir
pertama kali kalau dapat libur macam begini !”, Luhan kesal. Gimana bisa maknae
satu itu lupa mengunjungi keluarganya ?
“Ya kan cuma sehari kita liburnya.
Nanggung hyung kalo pulkam sekarang”
“Ya ! Kau ini sama sekali tidak
menghargai waktu. Harusnya kau bersyukur. Libur sehari pun kau masih bisa
usahakan ketemu keluargamu. Gimana kalau kau jadi aku ? Libur dua atau tiga
hari tetap saja tidak mungkin untuk menemui mereka. Manajer hyung tidak akan
mengijinkanku. Lagipula, keluargamu pasti merindukanmu Oh Sehun. Kau ini. Tidak
peka sama sekali. Aish”, Luhan bangkit dari duduknya dan menuju ruang tengah, meninggalkan
kamar serta Oh Sehun yang membuat moodnya makin buruk.
Sehun masih termenung di dalam
kamar. Semua yang dikatakan Luhan benar. Harusnya dia memanfaatkan liburnya
hari ini dengan sebaik-baiknya. Tapi yang dia lakukan hanya membeli beberapa
cup bubble tea saja. Entah bagaimana, Sehun merasa bersalah pada Luhan. Dia pun
memutuskan untuk meminta maaf pada Luhan.
TV di ruang tengah baru saja menyala
ketika Sehun berhasil duduk dengan selamat di samping Luhan, “Hyung, mian”
“...”
“Kau pasti … sedang merindukan
keluargamu ya sekarang”, dia mulai paham keadaan hyungnya saat ini. Pantas saja
Luhan tampak berantakan tadi. Orang yang merindukan keluarga benar-benar gawat.
Namun kemunculan Sehun membuat Luhan
tersadar. Kemarahannya pada Sehun barusan terlalu kekanak-kanakan. Dia tiba-tiba
merasa sangat malu terlihat lemah seperti itu dihadapan dongsaengnya.
“Kau tidak beli apa-apa tadi?”, dia
memutuskan untuk tidak menanggapi ucapan Sehun sebelumnya.
“Aku beli .. Ah ! Tunggu sebentar”,
Sehun menuju dapur. Terdengar suara rebut kresek yang sedang berusaha dibuka
Sehun di dalam kulkas.
“Jangan bilang bubble tea lagi”, tebak
Luhan.
“Yah tau aja sih. Ngga asik”, Sehun
mengambil dua cup bubble tea yang dibelinya tadi dan memberikan salah satunya
pada Luhan.
“Apalagi sih yang bakal kau beli kalau
bukan bubble tea”, Luhan menanggapi dengan malas tapi tetap menerima bubble tea
pemberian Sehun dan segera menyeruputnya. Mereka menonton acara TV bersama.
Tentang travelling. Ketika acara yang mereka tonton membahas Namsan Tower,
Sehun mulai angkat bicara, “Ah kau pernah kesana hyung?”
“Belum. Ada apa disana ? Selain
gembok apalah itu”. Dia belum pernah kesana memang, tapi hampir semua orang
yang bercerita tentang Namsan Tower padanya selalu membahas gembok. Sehingga
setiap kali mendengar kata Namsan Tower satu-satunya yang diingat hanyalah
gembok.
“Disana ada yang jual potato sausage
yang enak banget. Kau pernah makan potato sausage ?”
“Belum. Kayak gimana emang?”
“Itu loh. Sosis ditusuk pake tusuk
sate panjang, terus dililit sama kentang. Tapi kentangnya dalam bentuk keripik”
“Haaah ? Krauk krauk gitu dong ?”
“Yap. Dan itu enak banget. Terus
dulu biasanya pas kesana sama temen suka ikutan games ‘How to Eat Potato
Sausage Handsomely’”
“Haaah apa lagi itu ?”
“Ya gitu lah pokoknya. Seru deh.
Serius”
Luhan penasaran dengan bentuk potato
sausage, terlebih pada permainan yang dibilang Sehun. Sudah tiga tahunan di
Korea dan belum juga ke Namsan Tower cukup menambah rasa ingin tahunya.
“Kesana yuk. Pingin cobain”
“Hah ? Sekarang?”
“Taun depan ! Iya lah sekarang
Sehunnie ! Emang besok bisa ? Emang besok besok ada libur lagi hah ?”
“Ya maap. Biasa aja kelless”
“Hah kelless apaan ?”
“Abaikan. Yauda deh yuk sekarang
buruan”
Beberapa jam kemudian sampailah
mereka di Namsan Tower. Tentu saja mereka tidak menaiki cable car, mengingat
Luhan fobia ketinggian. Pemandangan dari ketinggian yang saat ini dinikmati
Luhan dan Sehun cukup indah. Seoul sedang kejatuhan salju, menutupi sebagian
atap bangunan di kota Seoul. Pohon di sekeliling mereka tidak satupun memiliki
daun. Gundul dan terselimuti kristal putih dingin itu.
“Woaa yeppeuda !”, Luhan terpesona
pada pandangan pertama.
“Hyung. Jangan alay kayak Tao deh”
“Ya Oh Sehun ! Kau ini ya. Ngga
punya sense sama sekali atau gimana sih. Neomu neomu neomu yeppo !”, dia mengeluarkan
ponselnya sambil bersiap selca. Melihat persiapan Luhan tersebut, Sehun segera
menarik lengan hyungnya dan berjalan cepat meninggalkan tempat mereka.
“Andwae, hyung, andwae. Jangan disini”
“Wae wae ?”
“Malu maluin tau”, Luhan mencoba
berontak dan tetap dengan keinginannya berselca ria. Tapi Sehun tidak
membiarkan hal tersebut terjadi. Sehun pun segera menggeret paksa Luhan menuju
tujuan utama mereka, kios potato sausage.
“Ahjussi, potato sausage 2. Tidak
pakai saaaus, tidak pakai saaambal, tidak juga pakai kol”, Sehun teringat
dengan lagu masa kecilnya ketika maerantau ke Indonesia.
“Kau pesan bakso atau potato sausage
sih ?”, Nah ? Luhan tau lagu itu juga ? Luhan kecil di Indonesia juga
jangan-jangan ?
Selang beberapa menit pesanan mereka
pun tiba. Dua buah potato sausage tanpa saus, sambal, dan kol. Ahjussi tersebut
juga memberikan dua buah kupon bertuliskan ‘Vote me for ‘How to Eat Potato
Sausage Handsomely’ Games’. Rupanya games yang sering dimainkan Sehun tersebut
ciptaan toko kentang ini. Melihat kupon pemberian ahjussi tadi, Sehun segera
mengajak Luhan untuk mencoba.
“Kau mau coba games yang kuceritakan
tadi hyung ?”
“Mwo ? Games yang makan itu ?”
“Ne. Kalo mau tuh kita harus duduk
di tempat itu”, Sehun menunjuk beberapa bangku yang letaknya tak jauh dari
tempat mereka.
“Disana ? Duduk aja ? Jurinya siapa?”
“Kalo duduk disana secara otomatis akan
ada pengumuman dari ahjussi kios tadi. Trus, kau lihat orang-orang itu ? Mereka
akan langsung melihat ke arah kita dan memberi penilaian”
“Ah jinjja ? Semudah itu ?”, Luhan
tampak tercengang dengan penjelasan Sehun barusan.
“Ne”
“Emang mereka mau jadi juri dadakan
gitu ? Kalo ngga mau gimana ?”
“Aigoo. Sejak kapan kau jadi
secerewet ini sih hyung ? Sudahlah ikuti saja. Kajja”
Mereka pun segera menuju bangku yang
ditunjuk Sehun sambil membawa potato sausage masing-masing. Dan benar kata
Sehun, setelah berhasil duduk dengan nyaman, tiba-tiba terdengar bunyi lonceng
yang dilanjut dengan pengumuman.
“Teng tong teng tong ~ Kepada
seluruh pengunjung, akan diadakan games ‘How to Eat Potato Sausage Handsomely’.
Dimohon kesediaan para pengunjung untuk memberi penilaian pada peserta kita
yang ada di bangku sana. Berikan penilaian anda pada orang yang memiliki gaya
terkeren ketika memakan menu mereka dengan cara menempel stiker yang tersedia
di kios ini pada kupon yang dibawa oleh peserta. Mohon kerjasamanya. Terima
kasih”, Luhan hanya bisa menganga setelah mendengar bunyi pengumuman tersebut.
Kenapa rasanya jadi seperti pertandingan begini ? Sesuai perkataan Sehun, seketika
seluruh pengunjung membalikkan tubuh ke arah mereka layaknya hendak menonton
pertandingan gladiator.
“Ini gimana cara makan sosisnya ?”
“Teknismu hyung. Oiya, ayo bikin perjanjian
dulu”
“Perjanjian ?”
“Ne. Gimana kalo hanya boleh
menggunakan satu tangan ? Jadi ngga boleh pakai dua tangan apapun yang terjadi.
Terus, buat yang kalah, harus nulis namanya di … gembok. Gimana ?”, Sehun
menahan tawanya. Sama sekali tidak terbayang seandainya Luhan kalah dan
menuliskan namanya di gembok. Luhan bakal nulis nama siapa untuk jadi
partnernya di gembok (?) kira-kira ?
“Boleh. Terserah deh. Toh yang bakal
menang juga sudah kelihatan”, Luhan mengangguk-angguk sambil senyum genit.
Percaya diri sekali bisa mengalahkan Sehun kali ini.
Permainan pun dimulai. Sehun langsung
memakan potato sausagenya dengan lahap. Keripik kentang yang melingkari
sosisnya itu memang mengganggu kenyamanan makan. Ditambah lagi dengan tusuk
sate yang mulai terlihat. Dia tidak bisa mematahkan ujung tusuknya ataupun menggeser
sosis dan kentangnya karena hanya satu tangan yang boleh terlibat dalam
permainan ini. Susah payah Sehun menghabiskan menunya dengan tetap
memperlihatkan sisi kerennya. Maklum, sesuai dengan judulnya, permainan ini
akan dimenangkan oleh peserta dengan gaya makan terkeren. Apapun yang terjadi,
seberapa susah persyaratan yang disepakati peserta, hanya gaya makan terkeren
pilihan juri dadakan lah pemenang ditentukan. Sementara Sehun berusaha keras dengan caranya,
Luhan malah memakan miliknya dengan sangat santai. Bagian per bagian keripik
kentang dia habiskan lebih dulu. Setelah keripik kentangnya habis, barulah di
memakan sosisnya. Luhan tampak benar-benar menikmati potato sausagenya bak
sedang syuting iklan.
Setelah berhasil menghabiskan potato
sausage masing-masing, mereka pun mengeluarkan kupon yang diberi oleh ahjussi
penjaga kios sebelumnya. Beberapa orang berjalan mendekati mereka dan
menempelkan stiker pada kupon yang mereka bawa. Cukup banyak yang mengantri di
barisan depan Luhan, tapi antrian Sehun juga tak kalah panjang. Hal tersebut
menyebabkan penentuan pemenang tidak bisa dilakukan dengan sekali lihat. Mereka
harus menunggu sampai antrian orang tersebut habis dan semua stiker berhasil
tertempel.
Banyaknya jumlah juri dadakan
tersebut menyebabkan penentuan pemenang semakin lama. Butuh waktu sekitar lima
belas menit untuk menyelesaikan sesi penilaian. Padahal normalnya sesi
penilaian hanya berlangsung dua sampai tiga menit. Maklum, peserta kali ini
idol. Sangat tidak heran kalau banyak juri dadakan yang berdatangan.
“Eolmana ?”
“45 .. 47, 48 .. 49 ! Yehet ! Kau berapa
hyung ?”
“Yah .. aku cuma .. 52 ! Yey yey yey
! Hahahahah. Aku menang !”, ia berjingkat girang seperti baru berhasil mencetak
gol.
“Kok bisa sih ? Kau tidak curang kan
hyung ?”
“Anii ~ Enak saja kau menuduhku”
“Tapi, gimana bisa, kau kan baru
kali ini ..”
“Sehunnie,” Luhan menepuk bahu
Sehun, “Terima saja kekalahanmu nak. Oh ! Bukannya tadi di perjanjian ada hukuman
ya buat yang kalah ? Tulis nama di gembok cinta kan ? Ciee cikiciw”
Mendengar ucapan Luhan, Sehun begidik
ngeri. Ide itu muncul karena dia yakin Luhan akan kalah. Nah kalau keadaan sudah
berbalik gini ?
“Hngg, kapan kapan aja ya ? Ini
sudah kesorean, kita ditunggu yang lain pasti”, Sehun berusaha menghindari
hukumannya.
“Eits. Tidak bisa. Kau harus
melakukannya hari ini, tidak, sekarang juga”
“Hyung tapi .. “
“Tidak pakai ‘tapi’ Sehunnie”
Yah mau gimana lagi. Hukuman itu kan
ide Sehun sendiri. Apapun yang terjadi dia harus tetap melaksanakan hukumannya.
Mereka berdua segera memasuki tower dan menuju tempat penjual gembok. Sesampainya
di kios gembok, Luhan langsung sibuk memilih gembok yang akan digunakan Sehun.
Sedangkan Sehun hanya bisa membuntut, pasrah dengan apa yang akan diberikan
Luhan padanya.
“Nih”, sebuah gembok polos berwarna
abu-abu disodorkan ke Sehun. Gembok yang dipilih Luhan tidak dapat ditulis
dengan spidol, sehingga jika ingin menulis pada gembok tersebut harus
menggunakan tusuk khusus. Sehun mengambil gembok dari Luhan dan segera
menulisnya. Dia menuliskan ‘Sehun ♥
EXO ! Saranghaja !’. Melihat tulisan Sehun yang sangat biasa saja, Luhan merasa
tidak puas.
“Ya ! Kalau kau tulis yang begituan
apa serunya !”
“Lalu ? Aku harus nulis apa emang ? ‘Sehun
♥ Luhan’ ?”
“Pabo ! Itu menjijikkan sekali Oh
Sehun !”
“Nah terus apa doong ? Nama siapa
deh ?”
“Gimana kalau nama ahjumma itu ?”,
sambil menahan tawa, Luhan mengacungkan jari ke arah penjaga toko gembok di
hadapan mereka.
“Mwo ? Kau bercanda ! Mana aku tau
namanya hyung !”
“Tanya lah makanya !”
“Ya ! Tidak punya ide yang lebih
baik ?”
“Itu yang terbaik. Ka !”, Sehun
merasakan tubuhnya didorong paksa Luhan. Hyung ini tidak main-main rupanya.
“Ya hyung ..”
“Wae ? Buruan lah keburu sore”
“Aish”, Sehun pun menanyakan nama ahjumma
penjaga toko gembok tersebut.
“Dahye dan Hyejin”
“Yasudah tulis sana”
“Dua duanya masa ?”
“Ya terserah. Teknismu”, Sehun mulai
menggoreskan huruf ‘D’, dia berhenti sejenak,
“Hyung, serius nih aku harus tulis
begini ?”
“Iya lah serius”
“Hyung .. Kau kan sudah kutemani
kemari, jadi gimana kalo ..”
“Oh Sehun. Tulis. Jangan bicara”,
Sehun pun pasrah dengan instruksi yang diberikan hyungnya. Tidak lama kemudian,
tawa Luhan meledak setelah melihat Sehun menuliskan nama Dahye ahjumma di
gemboknya. Aaaah betapa bahagianya punya maknae macam Sehun yang mudah dibully,
batin Luhan. Sembari menunggu Sehun mengaitkan gemboknya di salah satu
gantungan toko, Luhan berjalan menyusuri toko tersebut. Perhatian Luhan tertuju
pada salah satu sisi dinding yang penuh dengan coret-coretan nama. Ide untuk
mengerjai Sehun pun muncul seketika.
Luhan melambaikan tangannya ke arah Sehun,
“Sehunnie, tulis namamu disitu juga”
“Ya ! Perjanjian kita kan Cuma gembok
hyung !”
“Sudahlaaaah tulis sajaaa. Pakai
nama satunya tadi aja. Siapa ? Hyejin bukan ?”
“No no no”, mata Sehun mulai
mengeluarkan aura kau-bosan-hidup-rrupanya-hyung.
“Tulis Sehunnie”
“Ngga mau hyung. Kenapa tidak namamu
saja ?”
“Tulis atau aku akan marah padamu
dan kau jangan pernah lagi dekat-dekat denganku”, mendengar ancaman Luhan, dia
pun segera menuliskan namanya dan nama ahjumma penjaga toko. Yang ada dipikirannya
saat itu hanya agar Luhan tidak marah. Promo album terbaru mereka semakin
dekat, mana mungkin diantara keduanya saling marah. Manajer hyung pasti tidak
menyukai hal tersebut. “Apa kau puas hyung mengerjaiku hari ini ?”, Luhan
tertawa dengan sangat puas melihat muka masam Sehun.
***
Sesampainya di dorm, Baekhyun
berteriak kencang memanggil nama maknae yang bermasalah itu, “Ya ! Oh Sehun eodisseo
? Keluar lah. Sudah berapa kali kau ke Namsan Tower hah ? Sama siapa ? Banyak
banget namamu disana. Pantesan tadi diajakin ngga mau. Takut ketahuan ya ? Sehun
? Oh Sehun ? Kau dengar tidak ?”, Seperti biasa, Baekhyun nyerocos tanpa titik
koma dengan suara kerasnya.
“Ada apa hyuuung ? Aku di WC, mules
nih”, terdengar suara Sehun dari balik ruangan. Baekhyun pun menggedor pintu
toilet, “Ya ! Walopun di WC kau kan tetap bisa jawab pertanyaanku Sehunnie !”. Sehun
yang masih di dalam toilet dan Baekhyun yang berbaring di sofa ruang tengah
saling sahut menyahut, tanya jawab heboh seakan hanya ada mereka di dalam dorm.
Luhan hanya bisa ketawa koplak mendengar percakapan Sehun dan Baekhyun.
- END -
Hello, I’m back with fanfic abal again ! Masih seputar
EXO Showtime dan main cast masih otp. HAHAHA. Yaa HunHan mungkin ngga
se-ngetrend jaman MAMA, ngga terlalu sering seframe lagi. Kalah sama XiuHan, KaiSoo,
ChanKai, atau ChanBaek (INI OTP ANDALAN YANG NGGA ADA MATINYA). Tapi entah
kenapa kok ya tetep heboh kalo berhasil nemuin mereka hahahahah. Mian kalo
jalan ceritanya ngga banget atau gimana ~ Terlintas begitu saja pas nonton
episode iniiii :3
0 commments