[FANFICTION] So Baby Don't Go part 2 --- END
August 02, 2013
Cast : EXO, Yoon Soohee
Genre : Fiction, Friendship
Inspired by EXO WOLF Drama Vers
Please listen to EXO XOXO album while
reading this fanfic ^_^
Sudah seminggu sejak kejadian
perkelahian dengan para gangster, namun suasana kelas masih tetap sama. Semua
anak menatap Luhan risih, seakan-akan sosok yang mereka lihat itu monster.
Masih terdengar samar kabar ‘pelemparan’ Kyungsoo yang dilakukan Luhan, meski
keadaan Kyungsoo saat ini sudah baik-baik saja tanpa bekas luka sedikitpun.
Luhan tidak lagi duduk sebangku dengan Soohee. Tentu saja, sejak kejadian itu,
semua teman-teman terbaiknya selalu menjaga jarak. Tidak ada lagi main sepak
bola bersama, tidak ada lagi kursus gratis wushu sambil bercanda, dan tidak ada
lagi pengawalan terhadap Soohee. Luhan sendiri, duduk di bangku paling pojok,
tanpa teman. Permintaan maaf sudah berulang kali dia ajukan pada
teman-temannya. Tapi tak satu pun dari mereka memperhatikan Luhan. Tidak juga
Kyungsoo, apalagi Kai. Luhan maklum. Apa yang dihadapinya sekarang terasa
salah, namun benar. Seharusnya, dari awal dia sendiri. Seharusnya, dari awal
dia tidak boleh membiarkan dirinya memiliki teman. Seharusnya, dari awal dia
sadar kalau ini semua hanya bagian dari pelarian, tidak ada gunanya berkawan.
Buruan tidak seharusnya sok menikmati hidup normal seperti yang dilakukannya
selama ini. Ini semua salahmu sendiri, ucap Luhan.
Keseharian Luhan mulai membosankan
lagi. Makan malam di dorm sudah tidak menarik. Untuk apa ikut berkumpul bersama
yang lain tapi keberadaannya sama sekali tak dianggap? Dia pun lebih memilih
makan malam di luar. Baru saja ia selesai mengikat tali sepatu ketika ponselnya
bordering. Setelah menggeser layar ponsel, dia dekatkan ponsel itu ke
telinganya.
“Yoboseyo”
“Xi Luhan huh?”, suara lawan
bicaranya itu sama sekali belum pernah ia dengar. Cukup aneh karena Luhan hanya
memberikan nomor ponselnya pada orang-orang terdekatnya saja. Ia juga merasa
sedikit mual, “Ya, benar. Dengan siapa?”
“YA! LUHA .. MMFF”, rasa heran Luhan
seketika berubah menjadi kaget bercampur takut. Ia yakin sekali suara barusan
milik Soohee. Satu-satunya suara perempuan yang ia kenali,
“So, Soohee-ya? Kau kah itu? Ka, Kau
kena..”
“Hahaha, rupanya kau langsung tau ya
itu suara siapa”, kenapa orang ini lagi yang bicara? Kemana Soohee?
“Siapa kau? Mana Soohee?”
“Nah? Kau tidak bisa mengenali
suaraku hah? Padahal kita sudah bertemu dua kali. Hmmm. Aaah ~ aku ingat.
Pantas saja. Aku kan tak pernah bicara langsung denganmu”
“Apa maksudmu? Mana Soohee?”, Luhan
mulai panik. Samar-samar masih terdengar suara Soohee yang sepertinya sedang
dibungkam seseorang disana.
“Yaa ~ yaa~ Sepertinya kau sudah
tidak sabar ingin bertemu denganku lagi yaa. Kalau begitu segeralah kemari”
“KEMARI? KEMA ..”, belum selesai
kalimat Luhan, seseorang memotongnya. Soohee yang baru saja menggigit tangan
orang yang membungkamnya itu berusaha memanfaatkan kesempatan untuk member
petunjuk pada Luhan,
“DAERAH YANG PERTAMA KALI KITA KETEM
.. MMM!”
“SINGKIRKAN GADIS INI! Mengganggu
sekali dia. YA! KAU PASTI TAU TEMPATNYA. KEMARILAH SENDIRI”, TUT. Pembicaraan
mereka pun berakhir.
Luhan
Aku masih tidak paham dengan semua
pembicaraan tadi. Siapa yang bicara tadi? Kenapa ada suara Soohee? Kenapa
mereka membungkamnya? Sial. Aku mengusap pelipisku yang tak pening sembari
berusaha menghubungi Kai untuk menanyakan keberadaan Soohee. Aku yakin tadi
suara Soohee, tapi aku tidak yakin keberadaannya. Yang kutakutkan ini hanya
jebakan. “Nomor yang anda tuju sedang…”, nada sibuk. Kurasa, aku harus menemui
Kai sekarang. Gawat. Firasat buruk.
Kai
Pikiran dan tubuhku membeku. Soohee
diculik katanya. Barusan saja telepon dari si penculik terputus. Dan, apa yang
mereka minta tadi? Aku harus membawa Luhan pada mereka jika ingin Soohee
selamat? Brengsek. Anak baru itu benar-benar keterlaluan. Harus segera
kutemukan si sialan satu itu. Baru saja hendak meninggalkan ruang makan dan
yang lain, tampak Luhan berdiri di hadapanku. Ingatanku langsung tertuju pada
pembicaraan telepon tadi. Akal sehatku perlahan memudar. Kutarik badan Luhan
lalu kulempar dia ke dinding. Pasti sakit. Bodoh.
Aku menarik kerah jaketnya, “Kau!
Apa sebenarnya masalahmu hah?! Tidak bisakah kau menyingkir dari hidup kami
?!!”
Luhan tampak bingung. Tapi dia tak
berhak bingung! “Soohee diculik bodoh! Dan ini semua karena ulahmu!”
“Ap, Apa? Soohee diculik?”, walau
tak suka mengakuinya, aku tau reaksi kaget Luhan itu tak dibuat-buat. Nah?
Berarti, dia belum tau? Aku pun menarik napas panjang, berusaha membuat diriku
sedikit lebih tenang.
“Ya. Mereka baru saja menghubungiku.
Aku diminta menyuruhmu menemui mereka jika ingin Soohee kembali selamat”
“Ap, Apa? Kau tidak bercanda kan
Kai?”
“Brengsek! Kau pikir untuk apa aku
bercanda seperti ini hah!”
Raut mukanya berubah. Oh sepertinya
dia menyadari sesuatu, “… Baiklah”
“Apanya yang baiklah?!”
“Kau, tidak perlu khawatir Kai. Aku,
akan menemui mereka sekarang juga. Terima kasih untuk selama ini”, ada yang
aneh dengan kata-kata Luhan. Entahlah, aku rasa, aku harus ikut dengannya.
“Bagus. Sekarang juga temui mereka. Aku
ikut”
“Tidak! Kau tetap disini. Soohee
akan kubawa kemari”
“Aku masih tidak yakin denganmu.
Setelah apa yang kau perbuat pada Kyungsoo, kau pikir aku bisa mempercayakan
Soohee padamu begitu saja? Tidak. Kau temui mereka. Aku dan yang lain menjemput
Soohee”
“Tidak Kai, ini bahaya”
“Sebahaya yang kau lakukan pada
Kyungsoo?”
“… Baiklah, kau dan yang lain boleh
ikut. Tapi kalian hanya boleh menjemput Soohee setelah aku beri aba aba. Kalian
tidak boleh ikut dalam urusanku”
“Siapa juga yang mau ikutan
urusanmu”
“Baiklah, ayo”
***
Luhan berlari menuju tempat yang
dikatakan Soohee, yang secara kebetulan masih sangat diingatnya. Di belakang
Luhan tampak Kai dan teman-teman setianya. Sebenarnya Luhan sedikit khawatir.
Si ‘penculik’ memintanya datang sendiri. Kai dan yang lain memang tidak akan
ikut campur, tapi dia tidak menjamin kelompok penculik, yang pada akhirnya dia
yakini sebagai anak buah Achilles, itu tidak memasang mata-mata di sepanjang
jalan menuju sarang mereka.
Gang sempit yang sedang mereka
susuri ternyata berujung pada salah satu gudang di daerah itu. Semakin
mendekati gudang di depannya, rasa mual Luhan semakin menjadi. Untung saja anak
buah Achilles memiliki bau busuk ini, memudahkannya melacak mereka. Tepat di
pintu gerbang gudang langkah Luhan terhenti. Dia menoleh ke belakang.
“Kalian, tunggu disini. Tolong
jangan ikut ke dalam”, teman-temannya menjawab dengan anggukan. Luhan segera
memasuki gudang itu. Belasan, tidak, puluhan gangster yang ada di hadapannya
itu sedang membuat formasi melingkar, mengelilingi Soohee yang terduduk di
kursi dengan tangan terikat ke belakang dan mulut terbungkam. Bola mata Luhan
perlahan menjadi merah, siap untuk dikuasai dirinya yang satunya. Soohee juga
sempat melihat tato aneh di lengan Luhan menyala biru.
Mereka mulai bergerak tanpa kata.
Satu per satu anak buah Achilles berlari ke arah Luhan dan melakukan
penyerangan. Luhan agak kaget ketika orang-orang di hadapannya ini mulai
mengeluarkan beberapa senjata. Rupanya kali ini tidak lagi tangan kosong
seperti malam itu. Luhan sedikit panik. Dia paham betul kalau manusia punya
hak menggunakan senjata, sedangkan
makhluk sepertinya tidak. Telekinesis tidak berlaku ketika benda-benda yang
ingin dipindahkan masih dipegang manusia. Ya, kekuatan dari planet MAMA tidak
berlaku untuk seluruh makhluk. Mau tak mau Luhan pun mulai melakukan serangan
balik dengan tangan kosong. Beberapa lawan dapat dirobohkan dengan mudah. Namun
di tengah penyerangan itu, Luhan tidak tau ada lawan di belakangnya sedang
mengayunkan tongkat baseball ke arahnya. Tongkat itu mengenai bahu kanan Luhan
keras. Dia sedang terhuyung ketika salah satu dari mereka melakukan tonjokan di
pelipisnya seketika. Luhan pun ambruk. Ketika hendak bangkit, beberapa senjata
mulai diarahkan padanya. Beruntung dia berhasil menghindari serangan itu. Tapi
keberuntungan tidak serta merta menyertainya. Luhan kembali terjatuh karena
senjata yang sama, tongkat baseball, lagi-lagi mengenainya.
***
Kris sedang melipat payung merahnya
ketika tiba-tiba sinyal bahaya dari Luhan dirasakannya, lagi. Sebenarnya ini
kali kedua dia merasakan hal yang sama, namun ketika pertama kali terjadi ia
sedang dalam keadaan yang tak memungkinkan untuk bertanya pada adiknya. Planet
MAMA juga sedang kewalahan karena ulah Achilles. Saat ini anak buah Achilles di
planetnya sudah berhasil dikalahkan. Kris merasa perlu tahu keadaan Luhan. Ia
pun segera mengirim sinyal, namun sama sekali tak ada tanggapan dari adiknya.
“Sepertinya kau sedang menghadapi
anak buah Achilles ya? Semoga kau baik-baik saja”, meski khawatir pada Luhan,
dia masih tidak bisa meninggalkan planetnya.
***
Kai dan teman-temannya yang,
ternyata, dari tadi mengintip pertarungan itu mulai menaruh iba pada Luhan. Bagaimana
tidak, selama ini Luhan sangat baik pada mereka. Luhan juga sudah menyesali
perbuatannya dan meminta maaf. Terlalu tidak adil jika Luhan mengalami ini
semua sendiri, pikir mereka.
“Bagaimana menurut kalian?”,
Kyungsoo memulai pembicaraan dengan teman-temannya.
“Bukankah kau sendiri yang bilang,
kita perlu berkelahi ketika harus melindungi teman kita”, Tao berusaha
mengingatkan Kyungsoo atas perkataan yang pernah diucapkan. Kai memandang
temannya satu per satu, mencari keraguan di mata mereka yang ternyata tak
berhasil ditemukannya. Kai pun tersenyum, ”Ayo, tunggu apa lagi”
Begitu memasuki gudang itu, Kai dan
yang lain segera bergabung dalam perkelahian. Luhan yang lagi-lagi terjatuh
sempat heran melihat teman-temannya. Pandangan bertanya ia tujukan pada Kai.
“Ayo selamatkan Soohee bersama”, Kai menjawab sambil tersenyum. Chanyeol segera
membantu Luhan berdiri. Mereka melakukan penyerangan. Soohee yang hanya bisa duduk
dan melihat semua kejadian di hadapannya, memilih untuk menutup mata dan
berdoa. Ia tak sanggup dengan perkelahian macam itu. Sama seperti Luhan, entah
kenapa, Kai dan yang lain melakukan penyerangan dengan tangan kosong, meski tak
jarang mereka terkena senjata musuh.
Pertarungan berjalan sengit. Musuh
yang tersisa tinggal beberapa gelintir saja. Melihat keadaan sekitar, seorang
anak buah Achilles yang berdiri di dekat Soohee mulai mengacungkan senjata
terakhir mereka. Senjata yang oleh Achilles hanya boleh digunakan jika tak ada
pilihan lain, pistol. Orang itu mengarahkan mulut pistolnya pada Kai, mangsa
terdekat yang bisa ia bidik. Luhan melebarkan matanya ketika melihat senjata
yang paling berbahaya itu sedang mengarah ke Kai. Ketika pelatuk ditarik, Luhan
berlari mendekati Kai dan mendorong temannya itu. Tiba-tiba semua membeku
ketika mendengar suara tembakan. Tao segera tersadar dan berusaha menghentikan
waktu, Terlambat. Luhan sudah tersungkur di depan Kai. Ingin sekali rasanya
menghabisi semua musuh yang sedang mematung, hanya jika Tao lupa dengan kitab
perjanjian lama yang melarangnya menghancurkan manusia dengan kekuatan yang
dimiliki. Ia membiarkan waktu berjalan kembali. Kai masih tertegun melihat
Luhan. Temannya itu telah melindunginya. Ia segera menarik tubuh Luhan dan
mendudukkannya.
“Se.. hhh.. seper.. tinya.. hhh.. pe..
luru.. perak”, Luhan bicara terbata-bata dengan sisa energinya.
“Cukup. Kau diamlah. Kau hanya …”,
Kai berusaha mencegah Luhan bicara lebih banyak. Namun sebelum kalimatnya
selesai, Luhan sudah memotong.
“Soo.. hee.. hhh.. kau.. ha..
harus.. hhh.. sela.. matkan”, mata Kai mulai panas. Air mata yang susah payah
ditahannya sudah tak sanggup lagi untuk tidak menetes. Melihat Luhan yang
seperti ini tapi masih ingat keberadaan Soohee benar-benar membuatnya
sesak.
“Iya, iya Lu. Kau tenang saja.
Soohee pasti akan selamat. Kau, diamlah disini sebentar. Kau harus bertahan.
Kau harus bertahan untukku”, Kai mengatakannya dengan terisak. Luhan hanya bisa
menutup matanya dan tersenyum untuk menyetujui permintaan Kai. Kai meletakkan
Luhan dan segera bangkit dengan amarahnya. Ia segera berpindah dengan kecepatan
cahaya ke belakang musuh yang sedang memegang pistol. Lengannya dikalungkan ke
leher orang itu.
“Kau, ini balasanmu”, ucap Kai pada
orang itu. Lengannya segera ia tarik kuat, menyebabkan orang itu tidak dapat
bernafas dan ambruk seketika. Tao juga menyerang lawan di dekatnya dengan jurus
wushu. Baekhyun dan Chanyeol berhasil merobohkan musuhnya dengan cara menjegal
dan menindih mereka. Begitu juga dengan Kyungsoo, Sehun, Xiumin, Chen, Suho,
dan Lay. Semua anak buah Achilles berhasil ditaklukan. Kemenangan ada di pihak
Luhan.
***
Achilles sedang terduduk santai di
ruang kerjanya ketika tiba-tiba ia menerima sinyal kekalahan yang berasal dari
anak buahnya di bumi. Dia tak percaya. Pasukannya di planet ini sudah berhasil
dilumpuhkan Kris dan, sekarang, pasukannya di bumi juga habis? Segera
diambilnya pigura yang terdapat foto Kris dan Luhan di dalamnya. Ia diam
sejenak melihat foto itu, kemudian melemparnya dengan marah. “SIAAAALLL !!!”
***
“Luhan? Kau masih sadar? Luhan?”, Chanyeol
menggoyang tubuh Luhan, sangat berharap segera mendapat jawaban dari temannya
itu. Kai sedang berusaha melepaskan ikatan Soohee. Lay mendekat ke arah Chanyeol,
“Kemarikan Luhan”, Lay
menyingsingkan lengan bajunya. Tanda aneh di lengan atasnya menyala biru, mirip
tato milik Luhan. Ia kemudian menggerak-gerakkan jarinya di sekitar luka
tembakan Luhan, terlihat seperti sedang melakukan ritual penyembuhan. Yang lain
hanya melihat dalam diam. Ketika Lay menghentikan gerakannya, perlahan mata
Luhan mulai terbuka. Ia terbatuk dan mengeluarkan sedikit darah dari sudut
bibirnya. Teman-temannya yang melihat hal tersebut langsung mengubah raut
wajahnya, bahagia dan lega. Begitu juga dengan Kai dan Soohee yang baru saja
bergabung. Luhan akhirnya benar-benar pulih. Ia bangkit dan tersenyum pada
teman-temannya.
“Terima kasih banyak. Maaf telah ..”
Baekhyun tidak membiarkan Luhan
menyelesaikan kalimatnya, “Ah maaf-maafannya nanti saja lah setelah lebaran !”,
ucapan Baekhyun itu langsung disambut tawa oleh yang lain. Mereka berpelukan
bersama, menyebabkan tanda-tanda aneh di tubuh mereka menyala. Soohee,
satu-satunya yang tidak memiliki tanda aneh itu, begidik. Tiba-tiba ia
merasakan aura janggal. Aura yang selalu dirasakannya ketika berada di dekat
Luhan. Namun kali ini berbeda. Aura itu terasa makin kuat dan pekat.
Ketakutannya membuat Soohee mundur beberapa langkah ke belakang dari
teman-temannya. Ia juga tak mampu menyembunyikan raut wajahnya ketika Kai
menoleh dan bertanya padanya,
“Ada apa?”
Tanda aneh di tubuh teman-temannya
tak kunjung redup, membuatnya heran dan melontarkan pertanyaan yang tak kalah
janggal, “Kalian, kalian ini, apa? Kalian, makhluk apa?”
“Apa maksudmu?”, ucap Kai tak tau
“Itu, itu, tanda aneh yang
menyala-nyala di tubuh kalian”, Soohe menjawab pertanyaan Kai sambil menunjuk
tanda nyala biru di tubuh temannya satu per satu. Mereka mengikuti arah yang
ditunjuk Soohee, ikut terheran. Kai, Luhan dan yang lain saling pandang. Tanpa
komando mereka pun melontarkan kalimat yang sama persis secara bersamaan,
“Jangan-jangan kalian …”
END
0 commments