[FANFICTION] So Baby Don’t Go
July 31, 2013
Cast : EXO, Yoon Soohee
Genre : Fiction, Friendship
Inspired by EXO WOLF Drama Vers
Please listen to EXO XOXO album while
reading this fanfic ^_^
“Harus ya berangkat sekarang juga? Tinggalah disini
lebih lama lagi hyung”
“Kau tau sendiri kan, si brengsek Achilles sudah
mengirim anak buahnya kemari untuk menghancurkan kaum kita, dan planet ini.
Kita harus mencegahnya”
“Kau kan bisa tetap disini hyung, kita akan
menghentikan dia disini, bersama.”
“Kau benar, kita bisa melawannya bersama. Tapi ini
bukan hanya soal planet tempat kau berada sekarang. Ini juga tentang kaum kita.
Bau si busuk itu sudah mulai tercium di seluruh penjuru MAMA. Sepertinya dia
akan melakukan penyerangan dalam waktu dekat. Kita harus berpisah, untuk
melindungi planet ini, dan MAMA. Akan makin gawat kalau kita selalu bersama dan
mereka berhasil menangkap kita berdua”.
“…”
“Aku yakin kau bisa melakukannya, Lu. Jaga dirimu
baik-baik. Anak buah Achilles pasti akan memburumu. Sampai jumpa, Lu”. Tanda di
punggung tangan kanan Kris berbinar kebiruan, menandakan emosi yang tak biasa
karena akan meninggalkan adik kesayangannya. Tanda yang hanya dimiliki oleh
pemegang kuasa planet MAMA.
* * *
Seminggu pertama tanpa Kris berjalan
baik-baik saja. Tak ada kejadian aneh sedikit pun. Sepertinya kabar kedatangan
pasukan Achilles itu hanya rumor. Luhan mulai bosan dengan semua persembunyian
dan pelariannya. Mendekam di gedung tak terawat selama seminggu ini membuatnya jengah.
Dia butuh udara bebas. Persetan dengan Achilles. Toh sampai sekarang bahkan bau
busuk monster satu itu belum pernah tercium sedikit pun.
Baru saja Luhan membuka pintu utama,
tiba-tiba ia merasa mual. Bau bangkai menyeruak ke seluruh penjuru hidungnya.
Tak lama setelah berhasil mengendalikan diri dari bau itu, tampaklah gerombolan
gangster di hadapannya. Sial. Ini pasti ulah Achilles, pikir Luhan. Tubuhnya bergerak
sendiri, membanting pintu secara kasar dan segera melarikan diri dari anak buah
Achilles tersebut. Ia langsung teringat Kris. Luhan berlari dan melompat sekuat
tenaga. Sebenarnya dia bisa menghadapi mereka dengan kekuatan yang dimilikinya,
hanya saja dia belum sempat menganalisa sejauh mana misi yang Achilles berikan
pada anak buahnya. Walaupun berbau busuk, Luhan paham bahwa suruhan Achilles
hanya manusia biasa. Tapi manusia tidak mendapat kutukan peluru perak, terlalu
beresiko meladeni mereka tanpa perhitungan matang. Ah sudahlah. Yang ada
dipikirannya saat ini hanya menyelamatkan diri.
Matahari sudah tak terlihat tapi kenapa
mereka masih saja memburunya? Berani sekali mereka? Bukankah Achilles tau kalau
malam hari kekuatan Luhan bisa bertambah ratusan kali lipat? Atau dia sudah
memberitahu mereka tentang peluru perak? Sinyal yang dia kirimkan ke Kris masih saja
gagal. Luhan menyusuri lorong sempit di sekitar gedung-gedung tak berguna.
Tepat ketika dia akan berbelok, tiba-tiba terlihat olehnya seorang gadis. Tak
ingin jejaknya ditemukan oleh Achilles gara-gara gadis tersebut, Luhan pun
segera membungkamnya. Anak buah Achilles yang mengejar Luhan seketika berlalu ke
arah yang berlawanan dengan Luhan. Dia selamat. Setelah melepas bungkamannya,
Luhan segera pergi meninggalkan gadis tersebut.
***
“Kau tadi mengirim sinyal padaku? Apa yang terjadi?”
“Anak buah Achilles sudah datang ”
“Benarkah? Kau bagaimana? Baik-baik saja?”
“Ya. Berkat keberuntunganku”
“Kau kabur atau menghadapi mereka? Aku sama sekali
tidak merasakan apapun darimu, kecuali sinyal yang kau kirim”
“Kabur lah. Anak buah Achilles manusia. Aku tidak
yakin mereka tidak menggunakan senjata itu”
“Bagus. Langkah yang kau ambil tepat. Sebaiknya kau
tetap berjaga-jaga”
“Kau tidak kembali hyung? Kau tidak khawatir
denganku?”
“Maaf Lu, untuk sementara ini aku masih harus disini.
Anak buah Achilles juga melakukan serangan disini”
“Ada ide aku harus ngapain? Aku bosan jika hanya
berjaga-jaga tanpa kegiatan seperti minggu lalu”
“Hmm, bagaimana kalau kau sekolah lagi?”
“Sekolah lagi? Kau bercanda? Aku kan sudah lulus
sejak lima ratus taun yang lalu hyung”
“Tidak, aku tidak bercanda. Setidaknya untuk
sementara kau bisa mengalihkan perhatianmu dari mereka. Lagipula, mukamu masih
pantas untuk sekolah lagi”
“Terima kasih, aku memang masih muda dan tampan”
“ …”
“Hyung? Hei?”, Kris memutus telepati mereka. Luhan
tidak perlu dikhawatirkan lagi, pikir Kris.
***
Luhan
Pagi ini aku tiba di sekolah baruku
untuk ‘pertama’ kalinya. Sekolah? Yah, aku hanya mengikuti saran Kris hyung. Aku
juga tidak ingin lumutan hanya karena ‘menunggu’ anak buah Achilles yang lain. Seragam
sekolah ini bagus, makanya aku tertarik masuk sini. Ting ting ting. Bel masuk
berbunyi. Aku segera menuju kelas bersama Guru Kim, wali kelasku. Ketika sampai
di kelas, mereka mulai melihatku. Ah wajar, anak baru. Sepertinya teman-teman
sekelasku asik-asik.
“Selamat pagi anak-anak”
“Selamat pagi Guru Kim”
“Hari ini kita kedatangan murid
baru. Nak, silakan perkenalkan namamu”
“Baik, guru. Annyeong haseyo. Namaku
Luhan. Senang bertemu kalian”
“Kalau begitu duduklah di sebelah
Soohee dan kita segera mulai pelajarannya”
“Baik, guru. Terimakasih”
Aku pun segera menuju bangku yang
ditunjuk Guru Kim. Tunggu. Gadis itu? Bukankah dia gadis yang waktu itu? Bangku
di sebelahnya kosong? Yah, baiklah. Segera kuletakkan tasku di bangku tersebut.
Ada apa? Kenapa dia melihatku seperti itu? Apa dia tau wujudku yang asli? Sial.
“Soohee”
“Eh?”
“Namaku Yoon Soohee. Kau bisa
memanggilku Soohee”
“Eh? Oh oke. Aku Xi Luhan. Panggil
saja ...”, belum selesai aku memperkenalkan diri, gadis itu sudah menyaut. “Aku
sudah tau. Kau sudah mengatakannya tadi”
“Oh”
Aku tidak paham dengan gadis, maksudku Soohee, ini. Terserah
deh dia mau apa.
Soohee
Sebenarnya pagi ini aku ingin kabur
lagi ke atap sekolah. Bulan purnama akan segera tiba. Fase bulan paling cantik
yang jadi favoritku. Karena, kata appa, eomma yang meninggal karena memilih
melahirkanku, suka bulan purnama. Aku hanya ingin menikmati apa yang disukai
wanita yang belum pernah kulihat itu. Hanya ingin berbagi bulan purnama
dengannya saja.
“Hari ini kita kedatangan murid
baru. Nak, silakan perkenalkan namamu”.
Hmm. Ini semester genap ya? Pantas
saja mulai datang anak pindahan. Kulihat pandangan anak-anak tertuju pada murid
baru itu. Kenapa sih? Aku pun ikut menoleh ke arahnya. Eh? Sepertinya aku
pernah bertemu dengannya. Anak itu bukannya yang membekapku malam itu? Iya kan?
Iya ah. Aku masih ingat. Anak yang tiba-tiba berlari ke arahku dan membekapku.
“Baik, guru. Annyeong haseyo. Namaku
Luhan. Senang bertemu kalian”
Aku juga masih ingat aura aneh yang
muncul dari dalam tubuhnya. Terlalu hangat. Kalau tidak salah, di tangan
kirinya ada tato aneh. Muncul cahaya warna biru bukan sih dari tatonya? Aneh
sekali, tapi bagus. Tapi tato apaan yang bisa menyala dan bisa redup lagi?
Emang dia apa? Manusia kan?
“Kalau begitu duduklah di sebelah
Soohee dan kita segera mulai pelajarannya”
Luhan menatapku kaget. Sepertinya dia
baru menyadari keberadaanku, sepertinya dia tidak yakin pernah bertemu denganku
atau tidak. Nah. Bagus. Kalau begitu pura-pura saja tidak tau. Luhan meletakkan
tasnya. Dilihat dari dekat ternyata dia tampan juga. Aura Luhan cukup kuat, aku
tidak bisa melepas pandanganku. Ah iya! Aura ini! Sama persis seperti malam
itu. Oke, mari kita mulai.
“Soohee”
“Eh?”. Luhan menoleh padaku.
“Namaku Yoon Soohee. Kau bisa
memanggilku Soohee”
“Eh? Oh oke. Aku Xi Luhan. Panggil
saja ...”
“Aku sudah tau. Kau sudah
mengatakannya tadi”
“Oh”. Dia mengambil buku dari dalam
ranselnya dan mulai memperhatikan Guru Kim. Yah, lengan kemejanya tertutup. Aku
penasaran sekali dengan tato itu.
***
Penyamaran Luhan sebagai anak
sekolahan berjalan lancar. Dia berteman baik dengan teman sekelasnya, apalagi
gerombolan Kai. Kai semacam bos kumpulan anak-anak popular di sekolah mereka. ‘Pengikut’
Kai cukup banyak, sekitar sepuluh cowok berparas di atas rata-rata. Soohee,
gadis cantik dengan rambut tergerai yang sebangku dengan Luhan itu pacar Kai.
Dia jadi perempuan satu-satunya di gerombolan tersebut. Soohe ternyata sekelas
lagi dengan saudara kembarnya, Kyungsoo, cowok bermata besar yang juga masuk
gerombolan Kai. Selain Soohee dan Kyungsoo, masih ada yang lain. Baekhyun, komedian
yang tidak kalah cantik dari Luhan. Chanyeol, tiang listrik gerombolan Kai yang
tidak pernah lepas dari senyumnya. Sehun, maknae yang kulitnya seputih susu.
Yixing, si pelupa yang punya lesung pipi. Tao, jagoan wushu yang benar-benar
jagoan. Chen, calon penyanyi yang suka teriak-teriak di kelas. Suho, anak
konglomerat yang suka bagi-bagi uang. Dan terakhir, Xiumin, bakpao yang selalu
lomba teriak bareng Chen.
Luhan
mulai melupakan soal Achilles. Dia larut dalam kehidupan barunya. Gerombolan
anak popular sering mengajaknya bermain sepakbola. Berlari dengan menggiring
bola itu salah satu kebahagiaan tak ternilai dalam hidup Luhan. Yaa walaupun
dia selalu berhasil mencetak gol tanpa usaha keras di sekolah ini. Maklum,
penjaga gawang klub sepakbola tidak ada yang mumpuni. Suho dan Tao juga sering
mengajarinya berkelahi.
“Sebenarnya aku mengajarimu ini
untuk bela diri, karena aku tidak bisa selalu berada di dekatmu”
“Tapi kalau kau menggunakannya untuk
berkelahi juga tak apa. Aku mendukungmu. Aku sudah lama tidak berkelahi soalnya”,
ucapan Tao membuat Kai menjitak kepala temannya itu.
“Jangan berkelahi jika tak perlu”,
“Memang kapan kita perlu berkelahi?”
“Kita perlu berkelahi hanya ketika
harus melindungi teman kita”, jawaban mengagumkan dari Kyungsoo itu membuat
semua temannya tersenyum. Luhan merasa hidupnya sangat beruntung memiliki teman-teman
seperti mereka.
Hari mulai gelap. Luhan dan
teman-temannya mengantar Soohee menuju halte bus. Sudah menjadi kebiasaan
mereka menemani gadis itu sampai Soohee terduduk di kursi bus. Kyungsoo tidak
pernah pulang bersama Soohee karena dia memilih tinggal di dorm sekolah. Kai
tidak lupa memberi senyumnya untuk kekasihnya itu, membuat iri teman-teman yang
melihatnya. Kai dan yang lain hendak kembali ke dorm ketika tiba-tiba mereka
dihadang oleh sekelompok gangster.
“Sial. Kenapa mereka menemukanku
disini?”, Luhan mengumpat pada dirinya sendiri namun terdengar oleh Kai.
“Mereka siapa? Musuhmu?”, Kai
bertanya pada Luhan.
“Iya, tidak. Kalian tidak perlu
menemui mereka. Biar aku saja. Kalian kembali saja ke dorm”
“Bicara apa sih? Kita teman. Musuhmu
musuh kita juga”, kali ini Baekhyun tidak bercanda.
“Tapi kalian kan …”, Luhan belum
menyelesaikan kalimatnya keburu dipotong Kai yang langsung ‘menerima’ tantangan
gangster tersebut. “Sudahlah. Ayo”
Soohee
Aku sudah terduduk di kursi bus
ketika kulihat segerombol orang ala preman menghadang teman-temanku. Apa-apaan
mereka? Mau malakin uang? Perhatianku tertuju pada salah satu orang dari
gerombolan tak dikenal itu. Tunggu. Jaket dan topi itu kan dipakai orang yang mengejar
Luhan malam itu? Tidak mungkin gerombolan gangster yang berbeda kan? Perutku
tiba-tiba melilit. Gawat. Pertanda buruk. Aku tidak boleh tetap disini.
“Maaf ahjussi, saya mau turun.
Tinggal saja tak apa”. Aku harus memastikan Kyungsoo dan Kai baik-baik saja.
Luhan
Anak buah Achilles menggiring kami
menuju gedung kosong. Bagaimana ini? Aku tidak yakin Kai dan yang lain akan
baik-baik saja. Mereka pasti mengira ini perkelahian biasa. Aku masih tenggelam
dalam pikiranku ketika anak buah Achilles memulai serangan. Teman-temanku
langsung beraksi. Tao melompat tinggi dan langsung menendang dada lawannya. Suho
dan yang lain juga sudah berhadapan dengan lawannya masing-masing. Aku pun
segera bangkit dan melakukan perlawanan. Setidaknya sejauh ini teman-temanku
masih bisa mengatasi mereka. Masing-masing dari kami adu jotos. Begitu terjatuh
langsung bangkit lagi dan melakukan pembalasan. Namun lama-kelamaan
teman-temanku mulai terpojok.
Pertarungan ini berjalan cukup lama.
Gawat. Sepertinya energi mereka mulai habis. Kulihat Kyungsoo terpukul
rahangnya hingga tubuhnya jatuh. Chanyeol ditinju habis-habisan di tanah.
Apa-apaan ini Luhan? APA-APAAN KAU MEMBIARKAN TEMAN-TEMANMU TERLUKA??? Aku
marah lebih pada diriku sendiri. Aku membiarkan diriku yang satunya
menguasaiku. Persetan dengan anak buah Achilles hanya manusia biasa, mereka
sudah membuat kacau teman-temanku. Kekuatan lebih itu mulai kurasakan.
Sekeliling terlihat merah. Pertanda tidak ada yang bisa menghalangiku sekarang.
Lawan di depanku segera kulempar keras. Aku masih dapat melihat Kai, ya, aku
masih tau Kai ada di pihakku. Namun aku tau, kesadaran itu akan hilang dalam
beberapa detik lagi. Oh sekarang. Sekarang aku tidak tau mana lawan mana kawan.
Aku hendak menghabisi lawan yang berhasil kujatuhkan barusan ketika tiba-tiba
ada tangan yang berusaha mencegahku. Kulempar keras yang menghalangiku tadi.
Sepertinya dia mendarat di tumpukan sesuatu, aku mendengar suara berdebum keras.
Tunggu. Aku mendengar teriakan teman-temanku. Apa-apaan ini. Kenapa mereka
meneriakkan nama Kyungsoo? Kesadaranku pulih seketika. Begitu menoleh ke sumber
suara, kulihat Kyungsoo tergeletak disana. Dia terluka dan mengeluarkan darah.
Aku masih tidak paham sampai Kai menatap geram ke arahku dan mendorong bahuku
keras. Chen juga menghampiriku marah dan mengataiku monster. Apa? Ini semua
ulahku? Aku yang menyebabkan Kyungsoo tergeletak disana? Sial. Aku sama sekali
tidak sadar akan itu. Chen hendak melayangkan tinjunya padaku kalau saja
Chanyeol tidak mencegahnya. Mereka semua pergi meninggalkanku. Aku terduduk
lemas dan terdiam. Hahh. Teman macam apa aku ? Teman apa yang bisa melukai
temannya seperti itu? Aku akan sedikit lebih lega kalau kau tadi meninjuku
Chen. Aku akan sedikit lega kalau kalian tadi balas mengeroyokku, membalaskan
apa yang telah kulakukan pada Kyungsoo. Sungguh.
Terdengar suara seseorang, aku
menengadah. Soohee berdiri di hadapanku. Kata-kata itu menyadarkanku. Kau
benar, Soohee, kau benar.
Soohee
Aku membuntuti mereka memasuki
gedung tak terpakai itu. Tidak, aku tidak akan masuk. Bisa apa perempuan
sepertiku? Lebih baik aku tunggu di depan. Oh tidak. Suara ini, mereka
berkelahi! Ya Tuhan! Apa yang harus kulakukan? Kai dan Kyungsoo ada disana.
Tenang, Soohee, tenang. Huuuf. Kau harus tetap disini. Tidak akan ada gunanya
masuk. Perkelahian mereka lama sekali. Duh.
Aku lelah. Hampir saja aku tertidur
ketika tiba-tiba terdengar suara sangat keras. Mereka kenapa? Aku tetap di
luar, menunggu Kyungsoo dan yang lain keluar. Tak lama kemudian Kai keluar.
“Kai, kau ..”
“Soohee? Cepat hubungi ambulans
sekarang cepat!”, hah ambulans? Tunggu, otakku masih berusaha mencerna.
“Kau lamban sekali”, Kai merampas
ponselku begitu saja. Aku hendak mengomelinya ketika mataku terhenti pada
pemandangan itu. Baekhyun dan Tao membopong seseorang yang pelipis dan sudut
bibirnya mengeluarkan darah. Aku berusaha memahami semua ini ketika aku sadar
kalau yang dibopong itu Kyungsoo. Apa? Kyungsoo?
“Kyungsoo kau kenapa kyungsoo? Ya!
Siapa yang melakukan semua ini?”, Kyungsoo saudaraku. Berandal macam apa yang
berani-berani melukainya seperti ini hah? Marah menguasaiku. Tanpa pikir
panjang langsung kumasuki gedung itu.
Beberapa orang tak dikenal
tergeletak mengalangi jalanku. Yang terlihat masih sadar hanya Luhan. Tunggu.
Jangan bilang kalau ini semua ulah Luhan. Jangan bilang kalau yang melukai
Kyungsoo … Aura aneh apalagi ini? Oh tato itu! Tato ditangan Luhan menyala
lagi. Apa-apaan dia?? Aku tak mampu menahan diri lagi. Marah, kecewa, takut,
semua bercampur. Aku bertanya pada Luhan
dengan terisak. Cukup. Aku tak sanggup lagi di tempat ini.
“Kau ini apa? Kau ini makhluk apa?”
to be continued …
0 commments