[fiction] #LIMA part 2
January 31, 2012
“Hujan
dan tanggal 5, sungguh padanan yang sempurna kan,”
***
1
November
“Tolong jangan cemberut gitu Cabi, aku
kan pergi tidak lama. Hanya mengantar eomma dan appa. Toh aku juga sudah
menolak tawaran mereka untuk pindah ke Amerika kan,” Ji Hyun, lelaki tampan bak
pangeran William yang dua tahun lebih tua darinya itu berusaha menghibur. Cabi ?
itu panggilan istimewa dari Ji Hyun untuk sahabat terbaiknya, Park Hyun Jae. Dia
sebenarnya sudah paham betul dengan apa yang dikatakan lelaki itu. Dia paham
betul mengapa Ji Hyun menolak tawaran orang tuanya. Namun Hyun Jae tetap saja
khawatir. Khawatir kalau-kalau sahabatnya itu berubah pikiran.
“Ayolah Cabi, kalau kau tak juga
tersenyum aku tak akan bisa pergi dengan tenang ini. Aku pun tak akan bisa tersenyum
lagi lho,” rayu Ji Hyun. Dia tahu kalau kata-katanya ini pasti menimbulkan
reaksi pada Hyun Jae yang dari sepulang kuliah tadi hanya cemberut. Benar saja,
Hyun Jae segera mengepalkan tangan dan memukul kepala Ji Hyun pelan. “Ya ! Bisakah
kau berhenti mengomel Ji Hyun-ah? Pabo!”
“Mwo? Pabo? Nugu?” ujar Ji Hyun dengan
melotot. Ia mendekati sahabatnya, berusaha menjitak kepala Hyun Jae.
“Tentu saja kau !” Hyun Jae segera
menghindar dan menujulurkan lidah pada Ji Hyun. Mengejek. Duo Hyun ini pun berkejaran
bak film bollywood. Saling mengejek. Memukul pelan. Tanpa mereka tahu, itulah
momen terakhir mereka. Sepulang kuliah itulah terakhir kali mereka bertemu.
3
November
Ponsel
Hyun Jae berdering,
From : Cho Ji Hyun
Cabi, tanggal 5 besok jam 2 di Zeelea
café ya ~ teras lantai dua saja. Aku
membawakan oleh-oleh untukmu lho. Kalau kau tak datang, jangan merengek minta
oleh-oleh.Arra ? oya jangan lupa dress dan boots :pp
Sudah
jadi kebiasaan Ji Hyun menyuruh Hyun Jae mengenakan pakaian inilah itulah. Sangat
sering dia meminta Hyun Jae mengenakan dress dan boots. Menurutnya, itu pakaian
yang paling sesuai dengan Hyun Jae.
To : Cho Ji Hyun
Ne . awas saja kalau kau lupa !
From : Cho Ji Hyun
Tidak akan . kau hubungi aku saja
kalau kau sudah sampai, ok ?
Hyun
Jae tidak membalas pesan Ji Hyun lagi. Ia tertidur. Selama Ji Hyun mengantar
eomma appa nya ke Amerika, hampir setiap hari Ji Hyun mengirim pesan padanya.
Menanyakan kabar sahabatnya itu, sambil sesekali meributkan hal-hal sepele.
Ji
Hyun sedang mengendarai mobilnya. Ia dan keluarganya hendak menikmati makan
malam mereka. Jalanan tampak lengang, membuat Ji Hyun mengemudi lebih kencang. Bahkan
di perempatan jalan pun dia tidak menurunkan kecepatan. Tiba-tiba ada seorang
anak kecil yang menyebrang jalan. Anak itu langsung berjalan tanpa melihat
sekeliling. Ji Hyun kaget. Ia berusaha menginjak pedal rem. Tapi entah sejak
kapan rem itu tidak berfungsi. Segera saja dia membanting setir ke arah badan
jalan. Mobil sempat terbalik . Hingga akhirnya menabrak sebuah bread café yang kebetulan
sedang tutup.
Banyak
orang mulai mengerumuni mobil tersebut. Pengemudinya masih bergerak sedikit.
Sedangkan dua orang penumpangnya sudah tak bergerak. Dengan susah payah, Ji
Hyun meraih ponselnya. Mengetikkan pesan untuk yang terakhir kali.
To
: Cabi
Saranghae
Pesan
terkirim. Tangan Ji Hyun lemas. Ponselnya terjatuh. Dia pun menghembuskan nafas
terakhirnya.
From : Cabi
Mwoya ? Jangan bercanda Ji Hyun ~ kau sedang apa sekarang?
0 commments