[fiction] #LIMA part 1
January 26, 2012
Reminder ponselnya berbunyi. Mengucek mata yang masih lengket sembari memencet
salah satu tombol ponsel tersebut. Dia bangun tidur. Dilihatnya layar ponsel
itu. 5. Seketika matanya membesar, dan dia pun tersenyum. Dia bergegas mengganti
pakaian, memilih dress putih terbaik yang ia miliki, sepatu boots coklat
kesayangannya, dan tak lupa menyisir rambut panjang nan ikalnya. Dress dengan
sepatu boots ? Ya, itu style
kebanggaannya, style yang dulu sangat
dikagumi sahabatnya. Dulu ?
Jam masih menunjukkan pukul 14.00 namun langit tampak
gelap. Sepertinya akan turun hujan lebat. Tapi dia tak peduli. Hujan malah
membuat hari ini sempurna, pikirnya. Menyambar tas kecil, dia pun segera
meninggalkan rumah, menuju Zeelea Café.
“Oso oseyo. Frappucino satu nona?” ujar pelayan café
itu. Dia mengangguk sambil tersenyum. Semua pelayan Zeelea café sudah sangat
hafal dengan pesanannya. Bagaimana tidak, setiap bulan, lebih tepatnya setiap
tanggal 5, dia mengunjungi café ini dan memesan hal yang sama. “Ada lagi nona?”.
Kali ini dia hanya menjawab dengan gelengan kepala dan tak lupa senyum indahnya.
Duduk di teras lantai dua café, dia terlihat menikmati pemandangan kota Seoul. Tempat
yang ia pilih pun selalu sama. Bahkan dia selalu memesannya terlebih dulu.
Biasanya jam segini lalu lintas sangat padat. Namun sekarang begitu lengang.
Mungkin karena mendung maha pekat ini membuat orang-orang malas keluar. Sambil
menyeruput minumannya, dia begitu bahagia. Bahagia ? tampaknya begitu, tapi
mungkin hanya dia yang tahu perasaan yang sesungguhnya. Angin mulai berhembus
hebat, menerpa rambut panjang nan ikalnya yang tergerai. Gerimis pun mulai
turun. Dia tetap menikmati minumannya dengan sesekali mengutak-atik ponsel.
Tampak seperti mengetik pesan. Cho Ji Hyun, nama yang tertera pada kolom “send
to”. Selesai berkutat dengan ponsel, ia pun tersenyum simpul, dan kembali
menikmati cuaca sore ini. Gerimis mengganas, hujan. Rambut dan pakaiannya
basah, frappucino yang belum habis itu pun kemasukkan air hujan. Maklum, tempat
yang dia ambil merupakan teras tanpa atap, namun dia tak bergeming. Hingga seorang pelayan
menghampirinya.
“Silakan masuk nona, hujannya akan lebat, nona akan
menggigil jika tetap disini, sila ..“ belum selesai pelayan itu bicara, dia
segera memotong,
“Tidak apa, aku hanya ingin disini sedikit lebih lama.”
ucapnya sambil tersenyum.
“Baiklah nona, Setidaknya tolong pakailah mantel ini.
Jika nona membutuhkan bantuan lain, silakan segera hubungi kami.” Pelayanan café
itu memang sungguh luar biasa.
“Terimakasih,” balasnya.
“Hujan dan tanggal 5, sungguh padanan yang sempurna
kan,” ia berkata pada dirinya sendiri. Ia mendongak, memejamkan mata,
membiarkan wajahnya ditusuk-tusuk air hujan. Diam-diam air matanya mulai menetes. Air mata
? Entah. Tidak ada yang tahu itu air mata atau air hujan. Dia tersenyum, lagi.
To : Cho Ji HyunOdie? Aku sudah di Zeelea café daritadi bodoh! Cepetan !
0 commments